Sabtu, 29 Oktober 2016

Kisah Sekantong Darah


CERPEN
Kisah Sekantong Darah
Saat itu malam sungguh gelap.Aku duduk termenung ditemani oleh indahnya bintang – bintang yang ada di langit malam itu . Aku duduk di sebuah taman yang dahulu merupakan tempat yang penuh dengan kenangan bersama kedua orangtua ku. Aku terus saja menatap langit , tak henti – hentinya mata ku terus saja tertuju pada dua bintang yang bersinar malam itu. Kedua bintang itu seakan-akan sedang menyapaku. Aku yakin itu adalah bintang kedua orangtuaku yang terus bersinar menerangiku saat aku dalam kegelapan.
Perkenalkan Aku Novinda, teman-teman biasa memanggilku Novi. Aku siswa SMA yang bersekolah di SMA Merah Putih. Aku hanya tinggal berdua bersama kakak ku yang sudah bekerja sebagai direktur di perusahaannya. Kedua orangtua ku meninggal dunia akibat kecelakan sekitar 10 tahun yang lalu , pada saat itu aku masih sangat kecil.Kakak ku lah yang menjadi ayah sekaligus ibu bagi ku.
Pagi pagi buta aku dan kakak ku bersiap siap untuk menjalankan rutinitas kami, aku sekolah dan kakak ku bekerja. Setiap hari kakak ku mengantar dan menjemputku sekolah. Hari itu hari Senin tepat pukul 7 kurang 10 menit aku sudah sampai di sekolah. Aku segera bergegas masuk ke kelas sebelum bel pelajaran dimulai ,karena jarak pintu gerbang ke kelas ku lumayan jauh . Setelah selang beberapa menit aku sudah sampai di kelas bel pelajaran pun berbunyi. Tet tet tet……..
Semua siswa sudah masuk ke dalam kelasnya masing masing,saat pelajaran sudah mau dimulai bu guru dating bersama seoran wanita yang juga menggunakan seragam yang sama dengan seragam sekolah ku tapi aku dan teman ku yang lainnya merasa tidak menganalnya. Ternyata ia adalah siswa baru. Kulitnya yang putih,hidung yang mancung,dan rambut pirangnya membuat ku berfikir bahwa ia adalah anak keturunan orang asing. Bu guru pun langsung menyuruhnya untuk memperkenalkan diri.
 “Haii teman teman perkenalkan nama ku Cara , Aku berasal dari Belanda dan sudah tinggal di Indonesia sejak 10 tahun yang lalu ,maka dari itu Aku bisa berbicara bahasa Indonesia.” “Hallo juga Cara , semoga Kamu betah ya bersekolah disini.” Kata ku penuh dengan senyum.
“Iya Cara semoga Kamu nyaman sekolah disini.” Sahut Natsya dengan ekspresi sinis.
“Oke Cara Kamu duduk di samping Novi yaaaa !.” sahut bu guru pada Cara
“Baik bu.”
            Cara pun segera duduk di samping Novi.Mereka berdua saling berkenalan dan sudah mulai akrab,hingga pada akhirnya mereka menjadi sahabat dekat. Natasya yang sudah sejak dari awal kurang menyukai Cara sampai saat ini ia belum pernah ngobrol dengan Cara,bahkan saat Cara berusaha untuk mengajak Natsya bicara Cara tak meresponnya sedikit pun . Entah apa yang membuat Natsya tidak menyukai Cara , tapi aku ingat bahwa Natsya pernah bicara sama aku bahwa dia kurang menyukai orang Belanda,karena dia berfikir bahwa Belanda merupakan salah satu bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Natsya adalah anak terakhir dari 3 besaudara,kedua kakaknya sudah memiliki keluarga masing masing,maka dari itu sekarang ia hanya tinggal bersama neneknya. Kedua orangtuanya telah meninggal dunia akibat tsunami Aceh beberapa tahun yang lalu.Dulu ia tinggal di Aceh dan sekarang ia tinggal di daerah yang sama seperti ku yaitu di Jakarta. Ia merasa bahwa Cara datang dan bersekolah di sekolahnya untuk hal yang buruk. Padahal tidak semua orang Belanda itu jahat,apalagi kita sekarang sudah terbebas dari penjajahan dan kita sudah merdeka tapi tetap saja pendapat Natsya itu selalu menghalanginya untuk bisa mengenal orang orang Belanda. Yaaa itulah sifat manusia yang susah ditebak. Melihat Cara bisa lebih dekat dengan ku Natsya tambah membenci Cara . karena dulu sebelum ada Cara Natsya selalu bersamaku kemana mana. Walaupun aku selalu mengajaknya tapi ia tetap tidak mau kalau aku masih berteman dengan Cara.
            Karena kebencian Natasya terhadap Cara ,ia mempengaruhi teman teman satu kelasnya untuk tidak berteman dengan Cara, semua orang mulai terpengaruh dengan omongan Natasya,ia menjelek-jelekkan Cara ke semua teman temannya ,hingga pada suatu hari ketika Cara mencoba untuk akrab pada teman temannya selain Aku,tak ada satu pun orang yang mau berteman dengannya bahkan untuk bicara kepadanya pun tak ada yang mau.Natsya benar benar telah mempengaruhi teman temannya, tak ada celah yang membuat ia tak membicarakan kejelekan Cara ke semua temannya. Padahal dibalik semua itu Natasya tidak mengetahui sifat asli Cara, Cara adalah orang yang santun,penyayang,penyabar,rendah hati,dan suka menolong. Karena Natasya sudah terlanjur membenci Cara dengan alasan yang tidak masuk akal hingga sampai akhirnya sulit untuk merubah Natasya bisa bersikap ramah pada Cara. Di sekolah Cara hanya berteman dengan ku. Karena aku mempunyai prinsip bahwa hidup itu indah dengan adanya perbedaan karena dengan perbedaan itu bisa membuat kita yang awalnya berbeda bisa menjadi satu dan sama. Dari perbedaan kita bisa saling melengkapi satu sama lain dan  bisa saling menutupi kekurangan sahabatnya sendiri bukan malah membuka kekurangan sahabat kita ke semua orang. Karena hidup penuh dengan toleransi itu sangat penting. Bayangkan jika kita berada pada posisi Cara ,apakah kita tidak akan merasa sakit hati?. Setiap hari kita dikucilkan,kita dimaki-maki,diinjak-injak,apakah kita mampu dan bisa setegar seperti Cara? Kondisi seperti itu tidak semua orang bisa jalani,hanya orang orang pilihan saja yang bisa mampu dan sabar hidup di tengah tengah perbedaan dan dikucilkan oleh orang orang di sekitarnya sendiri. Cara tetap sabar menjalani ini semua walau setiap hari ia dikucilkan oleh teman temannya sendiri.
Saat Cara berada di rumah ,kini ia menjadi anak yang pemurung ,untuk bercerita pada orangtuanya pun ia sungkan. Suatu saat ibu Cara melihat Cara sedang melamun dan matanya terlihat merah seperti orang baru menangis.
“Tok tok to…….Nak ini Ibu ,buka pintunya dong?” pinta orangtua Cara
“Buka saja Bu pintunya tidak Aku kunci kok?” jawab Cara dengan nada lesuh.
“Haii sayang Kamu kenapa?cerita dong sama Ibu! Apa kamu punya masalah di sekolah? Tanya ibu Cara penuh perhatian.
“Tidak Bu,Aku tidak apa apa?”
“Yang bener, Ibu tau lho kalau Kamu sedang punya masalah,Ibu ini ibumu Kamu nggak perlu sungkan buat cerita masalahmu ke Ibu.”
            Cara pun menangis tersedu sedu dipelukan ibunya,perlahan ia mulai bercerita pada ibumya tentang semua yang terjadi padanya. Sang ibu pun hanya memberikan dukungan dan motivasi pada Cara agar tetap optimis dan percaya diri walau teman teman membencinya.
“Kamu sahabatnya Novi kan nak,Ibu lihat Novi anak yang baik baik dan dia tulus berteman dengan mu,apakah dia juga ikut membencimu?” Tanya ibu Cara
“Iya Bu hanya Novi yang sekarang mau berteman dengan ku,dia yang selalu membelaku saat teman teman membuli ku,bahkan dia rela berkorban untuk selalu berdua dengan ku dan teman teman yang lain tidak mau mendekatinya ketika Novi sedang ada bersamaku.”
“Tetaplah bersabar nak ,disini Ibu selalu mendoakan yang terbaik pada mu,semoga teman teman mu yang lain akan berubah menjadi sahabat dekat mu seperti Novi.”
“Terimakasih Bu, aku akan tetap berusaha berbuat baik pada semua teman teman ku walau mereka membenci ku sekalipun .” ujar Cara
 Dan Cara akan membuktikan pada mereka bahwa orang asal Belanda tidak semua jahat , bahkan orang Belanda itu tidak ada yang jahat,mereka hanya menyimpulkan bahwa penjajahan yang dulu pernah dilakukan Belanda di Indonesia mengakibatkan rakyat Indonesia menderita,maka dari itu mereka berfikir bahwa Cara juga akan membuat mereka menjadi susah,padahal tak selamanya orang Belanda itu kejam kepada mereka,apalagi di zaman sekarang ,negara Indonesia ini sudah merdeka ,tak ada lagi penjajahan yang bersifat kekerasan seperti apa yang mereka pikirkan. Justru mereka akan terjajah oleh sikapnya sendiri yang tidak ingin maju dan berkembang.
           Hari demi hari sudah kita lewati.Aku dan Cara pun menjadi lebih dekat. Aku selalu mengingatkan dia untuk pergi ke gereja untuk menunaikan ibadahnya dan sebaliknya Cara juga selalu mengingatkanku untuk pergi ke masjid untuk melaksanakan shalat . Walau kita berbeda agama kita selalu saling menghargai atas apa yang sedang kita lakukan. Cara pun juga mengjarkan tentang bahasa Belanda kepada ku,dengan penuh kesabaran ia mengajariku sedikit demi sedikit tentang bahasa Belanda.
            Di sekolah, saat aku sedang tak bersama Cara, Natasya mengajak ku untuk membeli buku di toko buku sepulang sekolah . Ia menyuruhku untuk bertemu langsung di toko pukul 16:00.Setelah aku sampai di toko itu aku mencari cari buku sambil menunggu Natsya datang ,tapi setelah satu jam berlalu Natasya tak kunjung datang juga. Aku mencoba untuk menelfonnya berulang kali namun tak ada jawaban dari Natsya. Aku mulai resah dan khawatir ,beberapa menit kemudian aku mencoba menuju  ke rumah Natasya . Sesampainya di rumah Natsya aku segera mengetuk pintu.
“Tok tok tok…….”
“Assalammu’alaikum  Assalammu’alaikum  Assalammu’alaikum.” sampai tiga kali aku mengucap salam namun tak ada yang membukakan pintu.
“Maaf Dik, Adik mencari siapa ya?.” Tanya penduduk sekitar yang menghampiriku.
“Natasya Buk,apakahIibuk tau Natsya dimana?.” Jawabku
“Ohh Adik belum tau ya sekitar satu jam yang lalu ada beberapa polisi yang datang untuk mengabarkan pada nenek Natsya bahwa Natasya baru saja mengalami kecelakaan.”
“Apa Buk ,apa Ibuk benar?.” Sahutku kaget
“Benar Dik,tadi sudah banyak warga yang juga ikut mengantarkan ke rumah sakit.” Jelas ibu itu pada ku.
“Terus Natasya dibawa ke rumah sakit mana Buk?.” Jawabku penuh penasaran.
“Rumah Sakit Medica Dik.” Jawab ibu itu
“Oo yaa terimakasih banyak ya Bu atas infonya.” Ujarku dan segera bergegas pergi ke rumah sakit.
            Saat aku sampai di rumah sakit ,aku melihat nenek Natasya yang sedang menangis diruang tunggu.Dengan segera aku menghampirinya.
“Nek….”
“Iya Nak Novi ….” Jawab nenek Natsya dengan menahan tangisnya.
“Nek bagaimana keadaan Natasya?.” Sahut ku.
“Natasya harus segera dioperasi Nak dia kehilangan banyak darah.” Jawab nenek itu
“Apa Nek operasi?.” Jawabku kaget.
“Iya Nak,dia membutuhkan donor darah golongan B dan dokter tidak mengizinkan ku untuk mendonorkan darah ku kepada cucu ku karena Aku sudah terlalu tua dan setok darah B di rumah ssakit ini kosong.” Jelas nenek Natasta pada ku
“Baiklah Nek ,Aku juga akan membantu mencari donor darah B untuk Natasya.” Jawabku menenangkan nenek Natasya.
“Terimakasih banyak Nak,tolong secepatnya ya Nak,Nenek takut kehilangan Natasya karena hanya Natasya yang Nenek punya saat ini.”
“Iya Nek ,Nenek yang tenang dan sabar ya.”
            Di pagi harinya aku bercerita pada teman teman kelas ku tentang musibah yang telah terjadi pada Natasya.Mereka semua kaget dan aku bertanya pada semua teman teman siapa yang bergolongan darah B dan bersedia untuk mendonorkan darahnya untuk Natasya.Suasana kelas tiba tiba hening dan semuanya terdiam tak ada yang menjawab pertanyaan ku satu pun.
“Aku,Aku bersedia mendonorkan darah ku untuk Natasya.” Ucap Cara dengan tiba tiba.
            Semua teman teman di kelas itu seketika mulai heran pada Cara,begitu baik dan  tulus hatinya Cara mau mendonorkan darahnya untuk Natasya yang selama ini jahat padanya.
“Baik Cara terimaksih banyak ya,benar kamu rela mendonorkan darahmu untuk Natasya?.” Sahut ku terkejut.
“Iya Novi ,Aku bersedia kebetulan darah ku B mana mungkin Aku membiarkan teman ku sendiri kesusahan sedangkan Aku bisa membantunya.”
“Kamu benar benar mempunyai hati yang mulia Cara,walau pun Natasya membencimu Kamu tetap mau membantunya.” Jawab ku.
“Ahhh tidak Novi semua orang pasti akan melakukan hal yang samaseperti ku ketika temannya sedang butuh bantuan,kebetulan darah yang sama dengan Natasya di sini hanya Aku maka dengan ikhlas Aku akan mendonorkan darahku untuknya.”
“Mulia sekali hati Kamu Cara,semoga tuhan selalu menyertaimu.”
“Sama sama Novi,semoga tuhan juga selalu menyertaimu.”
“Aamiin,ya sudah Cara nanti sepulang sekolah Kamu ikut Aku ke rumah sakit untuk segera mendonorkan darah mu ya!”.
”Iya Nov.”
            Setelah pulang sekolah mereka berdua pun segera mencari taxi untuk pergi ke rumah sakit. Setelah beberapa menit mereka sampai suster menemui mereka berdua.
“Permisi Mbak ,siapa ya yang ingin mendonorkan darah untuk Natasya?.” Tanya suster itu pada kami berdua.
“Saya Sus,Saya yang akan mendonorkan darah untuk Natasya.” Sahut Cara.
“Oo ya ,silakan masuk ke ruangan ya Mbak.”
“Iya sus.”
“Semangat Cara pasti Kamu kuat,percaya Aku akan selalu berdoa untukmu dan Natasya.” Ujar ku menyemangati Cara.
“Terimakasih Cara,Aku masuk dulun ya.”
“Suksesss Cara.” Ucapku pada Cara yang sudah menuju ke ruang pendonoran darah.
            Setelah sekitar satu jam pendonoran darah dan operasi berlangsung. Aku dan Cara pun menemui Natasya yang sudah dipindahkan ke kamar pasien.
“Natasya bagaimana keadaanmu?.”
“Aku sudah lumayan enakan Nov makasih udah jenguk Aku.”
“Makasih juga Cara Kamu mau jenguk Aku.”
“Iya sama-sama.” Sahut kami secara bersamaan.
“Nat tau nggak siapa yang udah donorin darah buat Kamu?.” Tanya ku pada Natasya.
“Siapa Nov yang udah donorin darah ke Aku,Aku ingin bertemu dengannya dan mengucapkan banyak terimakasih kepadanya yang suda rela mendonorkan darahnya untuk ku?.”
            Novi hanya tersenyum.
“Orang yang mendonorkan darah ke Kamu ada di sini kok.”
“Siapa Nov,Kamu? apa Cara?.”
“Cara Nat yang sudah mendonorkan darahnya untuk Kamu.”
“Caraaaaaaa” ucap Natasya sambil memegang tangan Cara.
“Iya Natasya.” Sahut Cara.
“Kamu baik sekali Cara ,Kamu sudah mau mendonorkan darahmu ke Aku padahal Aku selalu jahat padamu kenapa Kamu sangat peduli terhadapku Cara?.” Ucah Natasya pada Cara.
“Tidak Natasya, Aku bukan sepenuhnya orang yang baik masih banyak kekurangan yang Aku miliki,Aku sayang Kamu dan Aku sudah menganggapmu sebagai sahabatku walau selama ini Kamu membenciku tapi ketahuilah Aku sangat peduli terhadapmu.” Jawab Cara.
“Subhanallah Cara Kamu baik banget,terimaksih selama ini kamu tetap berbaik sangka padaku dan menganggapku sebagai sahabatmu walau selama ini Aku sudah mengacuhkanmu,maafkan Aku Cara.” Sahut Natasya dengan penuh rasa menyesal.
“Iya Natasya sudah kewajibanku untuk memaafkanmu,Aku sudah memaafkanmu dari dulu karena Aku tidak ingin mempunyai dendam pada siapapun.”
“Terimakasih banyak Cara,harus dengan apa Aku bisa menembus semua kesalahanku padamu?.”
“Tidak Natasya Kamu tidak perlu melakukan apapun karena Aku sudah memaafkanmu dengan Aku bisa berteman dan ngobrol denganmu saja Aku sudah senang.”
“Terimakasih banyak Cara,mulai sekarang Kita bertiga jadi sahabat ya .” ucap Cara pada kami.
“Sama sama Natasya,iya selamanya Kita akan menjadi sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka.” Sahut Cara pada Natasya.
            Mereka bertiga pun saling berpelukan.Kini mereka selalu bersama kemana-mana,mereka menjadi seorang sahabat yang saling menyayangi.Saat Natasya sudah berangkat ke sekolah ia berkata pada semua teman temannya bahwa Cara itu bukanlah seseorang yang buruk seperti apa yang telah Natasya dan teman temannya fikirkan selama ini.Melainkan Cara adalah seseorang yang baik hati yang memiliki banyak perbedaan dengan kita baik beda terhadap asal  bangsa dan agama,namun dengan perbedaan itu kita dapat tahu bahwa semua orang yang hidup di dunia ini memiliki perbedaan masing masing.Mulai dari perbedaan agama,bangsa,suku,ras dan lain sebagainya tetapi dengan semua perbedaan itu dapat mempersatukan kita,yang awalnya saling tidak kenal menjadi seseorang yang berharga dan harus selalu ada untuk kita.
Dengan perbedaan pula dapat mengajarkan kita arti toleransi terhadap sesama manusia yang sesungguhnya.Karena toleransi antar sesama itu penting,dengan adanya toleransi maka hidup akan lebih bermakna .Dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan hidup berbangsa ini dapat mempersatukan kita dengan bangsa lain dengan syarat kita mau bekerjasama dan saling toleransi terhadap semua orang baik yang sudah kita kenal maupun orang yang belum kita kenal sekalipun.Karena hidup dengan perbedaan itu indah seperti pelangi yang memiliki warna berbeda beda namun ketika warna itu berkumpul menjadi satu akan tampak pelangi yang begitu indah untuk kita lihat. Sama halnya seperti kita ,kita hidup dengan banyak perbedaan satu sama lain namun saat kita berkumpul menjadi satu perbedaan itu akan menjadi indah seindah pelangi yang muncul setelah hujan turun membasahi bumi.
Namun ketika perbedaan itu membuat kita harus dikucilkan oleh orang orang di sekitar kita ,maka tabahlah suatu saat kesabaranmu itu akan berbuah manis ketika kamu berhasil mempersatukan perbedaan itu menjadi persatuan yang abadi yang tentunya harus dilewati dengan penuh tantangan .Pengorbanan yang telah kita lakukan untuk sebuah persatuan dan kesatuan tidaklah pernah sia-sia .Karena tidak akan pernah ada usaha yang mengkhianati hasil. Teruslah berfikir dan bertindak positif agar bangsa kita dapat bersatu menjalin kerjasama dengan bangsa lain dengan saling melengkapi dan toleransi terhadap semua perbedaan yang ada.
Ketahuilah bahwa orang - orang yang mampu bertahan untuk sebuah kesatuan walaupun mereka yang di luar sana tak pernah tahu apa yang sebenarnya kau rasakan,mereka hanya bisa mencibirmu, memakimu, dan menghakimimu karena mereka tak pernah tau siapa dirimu sebenarnya.Meski begitu aku bangga padamu karena kamu telah menembus batas perbedaan menjadi suatu persatuan hanya demi sebuah rasa kemanusiaan dan kamu telah menghancurkan tembok penghalang hidupmu hanya demi sebuah rasa kepedulian.
                                                            ----END----














BIODATA
Nama                   : Annisa Fitri Nurlaila
Kelas                   : XI MIPA2
No presensi           :06
Sekolah                 : SMA N 1 SEWON
Judul Cerpen          : Kisah Sekantong Darah
Jumlah kata          : 2574 kata
Tema                    : Perbedaan Mempererat Persatuan Bangsa



Sabtu, 15 Oktober 2016

AWAL DAN AKHIR PERTEMUAN KITA





AWAL DAN AKHIR PERTEMUAN KITA
 karya annisa fitri nurlaila dan beberapa perubahan dari teman teman
Malam ini tampak berbeda pada malam-malam sebelumnya. Percaya atau tidak malam itu benar-benar gelap, hanya ada satu bintang dan bulan yang tampak malu-malu tertutup awan dan sebuah bintang yang tampak bersinar di langit malam itu. ‘Mungkin banyak polusi’, pikir Disa, sehingga ia tak mampu melihat indahnya bintang yang berkelap-kelip bak berlian malam itu. Usai sholat isya’ Disa telah berdandan tampak cantik nan anggun di depan cermin, ia sepertinya tengah menunggu Elis. Malam itu, ia dan Elis hendak pergi ke pesta ulang tahun teman mereka namanya Fika.
            Tak berselang lama……
            Tin..tin…tin…suara klakson motor terdengar jelas dan membuyarkan lamunan Disa yang sedang duduk di kursi depan rumah. Itu adalah motor Elis yang sudah berada tepat di depan rumah Disa.
Elis                              :”Disaaaaa” (seru Elis di atas motornya dan hendak memparkirkan motornya)
Disa                             :”Iya iya, tunggu sebentar. Ayo Lis masuk dulu!” (jawab Elis sambil membenarkan letak tasnya)
Elis                              :”Oke oke” (jawab Elis dengan cepat dan segera berlari kecil masuk ke rumah Disa)
Disa                             :”Sebentar ya aku mau pamitan sama ibuk bapak ku dulu” (jawab Disa sambil berjalan menghampiri orang tuanya yang tengah duduk di sofa ruang tengah)
Elis                              :”Oooo ya, aku juga ikut pamitan aja sekalian” (jawab Elis sambil mengikuti langkah Disa di belakangnya)

Disa                             :”Pak Buk, Disa pamit dulu ya, mau ke acara ulang tahunnya Fika” (ucap Disa sambil mencium tangan kedua orang tuanya)
Elis                              :”Saya juga minta pamit ya Om, Tante” (ucap Elis sambil mencium tangan orang tua Disa)
Orang tua Disa            :”Iya, hati-hati ya, nanti pulangnya jangan malam-malam ya” (ucap orang tua Disa sambil mengusap kepala mereka berdua)
Disa dan Elis               :”Iya, Assalammu’alaikum” (ucap mereka secara bersamaan dan segera berjalan keluar menuju motor Elis)
Orang tua Disa            :”Wa’alaikummussalam, hati-hati ya jangan ngebut” (jawab orang tua Disa)
Disa                             :”Iya iya ibuk dan bapakku tersayang” (ucap Disa yang sedang naik ke atas motorsambil menggoda orang tuanya dan melontarkan senyum manisnya)
Lambaian tangan Disa mengiri deru motor yang kian menjauh dari pandangan orang tuanya. Tak berselang lama tepat pukul 20:00 WIB mereka berdua sudah sampai di tempat tujuan mereka, Café Cake Story.
Disa                             :”Huhh, untung masih belum di mulai, kirain udah mulai tadi” (ujar Disa sambil menghembuskan nafas lega)
Elis                              :”Ya jelas lah belum di mulai, orang acaranya aja jam 20:30 WIB kok. Gimana sih kamu Dis, pasti kamu gak liatin undangannya ya? Kebiasaan sih” (komentar Elis sambil menuju parkiran motor di samping Café)
Disa                             :”Ya maaf, kan manusia itu kan wajar kalau lupa. Eh aku langsung masuk ke dalam ya” (jawab Disa sambil memasang muka memelas pada Elis dan segera mengubah mimik wajahnya menjadi senyuman)
Elis                              :”Iya iya, sana gih buruan masuk. Aku parkirin motornya dulu ya” (ujar Elis dan segera memarkirkan motornya diantara barisan motor anak muda yang tersusun rapi di parkiran)
Disa                             :”Iya sahabatku, tapi segera nyusul masuk lho ya, jangan lama-lama” (seru Disa yang sudah berjalan ke pintu Café)
Di dalam Café tersebut sudah banyak anak muda yang juga di undang di acara ulang tahun Fika, balon-balon, bunga dan dekorasi juga menambah indahnya tempat itu. Tak berselang lama acara itu pun di mulai. Tamu undangan pun telah ada di sana. Acarapun dimulai sangat meriah dan mengasyikkan semua orang bernyanyi dengan riang untuk merayakan ulang tahun Fika yang ketujuhbelas.
Disa                             :”Fikaaa, ya ampun cantik banget kamu. O ya selamat ulang tahu ya Fika, asik udah sweet seventeen aja nih. Semoga apa yang kamu inginkan terwujud ya. O ya nih kado buat kamu semoga suka ya” (seru ekspresi kagum pada Fika dan segera cipika-cipiki dengan Fika sambil memberikan kadonya pada Fika)
Fika                             :”Makasih Disa, kamu juga cantik. Makasih ya doa dan kadonya aku pasti seneng deh”
Elis                              :”Fika, selamat ulang tahun ya semoga kamu jadi pribadi yang lebih baik lagi. Nih aku juga bawain kado buat kamu, kamu cantik banget sumpah.”
Fika                             :”Makasih banget lho kadonya, kamu juga cantik banget. O ya ngomong-ngomong kalian dating barengan ya?”
Disa                             :”Iya lah kan Elis yang jemput aku tadi”
Elis                              :”Haloo, siapa tadi yang di sekolah minta tebengan?”
Disa                             :”Iya iya”
Fika                             :”Heh, sudah jangan berantem di sini dong kalian ini”
Elis                              :”Ya maaf”
Acara ulang tahun Fika sangat meriah apa lagi banyak di selingi oleh perform dari Band sekolah mereka yang sudah banyak di kenal anak-anak di sekolah mereka. Lagu-lagu yang akhir-akhir ini baru hangat-hangatnya di dengerin anak muda sekarang pun di tampilkan dengan susunan nan apik. Di sudut ruangan terdapat tempat duduk untuk tamu undangan. Disana Elis dan Disa hanya duduk dan sekedar mengobrol dengan tema-teman mereka yang juga di undangan ke acara ini. Di tengah-tengah obrolan yang kian asiknya, Elis tiba-tiba berdiri dan bilang ingin keluar sebentar.
Elis                              :” Eh, teman-teman aku keluar bentar ya, ada perlu nih”
Disa                             :”Iya, tapi jangan lama-lama lho nanti ilang lagi”
Elis                              :”Iya iya”
Ternyata di luar ia tengah menunggu seseorang yaitu Tio. Tio adalah pacar Elis. Lebih dari setengah jam Elis menunggu di luar, saat tengah menani Tio datang, terdengar ringtone handphonenya yang berbunyi nyaring. Ternyata itu telepon dari Tio, ia segera keluar dan menjawab teleponnya.
Elis                              :”Halo, iya Tio ada apa? Kok belum dateng-dateng?aku nunggu udah setengah jam nih
Tio                               :”Emm… Gini Elis, aku gak bisa dateng ke Café tempat kamu soalnya ini ada acara mendadak. Nanti kita ketemuan di Bukit Bintang, nanti kamu di jemput sama Rere ya”
Elis                              :”Oke oke, tapi Rere itu siapa?”
Sebelum Elis menerima jawaban itu, Tio sudah mematikan sambungan teleponnya. Kemudian ia pergi ke tempat parkir. Tak berselang lama ada suara mobil yang mengklakson dari belakang Elis. Kaca jendela mobil itu terbuka dan kepala seorang gadis keluar memanggil Elis. Gadis ABG itu pun keluar dan dalam mobilnya, ia adalah Rere.
Rere                             :”Elis, kamu Elis kan. Pacarnya Tio?”
Elis                              :”Iiiya, kamu siapa ya?”
Rere                             :”Aku Rere, tadiTio telepon aku dan disuruh nganter kamu ke Bukit Bintang”
Elis                              :”Kamu siapanya Tio?”
Rere                             :”Aku temannya”
Elis                              :”Ooo temennya”          
Rere                             :”Ayo buruan masuk mobil nanti kita terlambat lagi”
Elis                              :”Iya iya, makasih”
Tanpa pikir panjang, Elis segera masuk mobil Rere dan memulai perjalanan ke Bukit Bintang untuk bertemu Tio. Di sepanjang jalan, ia tak menaruh rasa curiga pada Rere, Rere terkesan supel padanya, ia langsung mengajak ngobrol Elis. Tak lupa ia mengirimkan SMS pada Disa agar ia tak menunggu lama. Tapi Disa yang saat itu sedang asyiknya mengobrol dengan teman-temannya tak menyentuh handphonenya.
            Tak berselang lama mereka sampai di Bukit Bintang…
Rere                             :”O ya lupa. Tadi Tio pesen ia mau kasih surprise sama kamu, jadi mata kamu harus di tutup kain item ini ya”
Elis                              :”Emmmm, oke”
            Sudah 1 jam ia menunggu dan…..
Rere                             :”Itu Tio sudah datang”
Elis                              :”Mana”
Rere                             :”Di belakangmu”
            Dengan cepat ia berbalik, dan mendengar suara manis Tio
Tio                               :”Hai, Elis maaf ya kamu nunggu lama”
Elis                              :”Iya”
Tio segera berjalan dan melepas penutup mata Elis, dan saat Elis sedang membuka matanya tiba-tiba dari belakang tanpa ia sadari sebuah benda tumpul bertekstur keras memukul bagian tengkuknya dengan keras. Ternyata itu Rere, dan ternyata semua itu sudah di rencanakan matang-matang. Tio dan Rere ternyata bersekongkol dan mereka berdua hanya menginginkan harta milik Elis yang sangatlah berharga. Tio pun tak sejatinya mencintai Elis dan Rere yang merupakan pacar simpanan Tio pun ikut ambil bagian dalam rencana tersebut.
            Kini Elis yang sudah tak bernafas dan tak berdenyut ini segera ia bawa dengan tergopoh-gopoh ia masukkan ke dalam mobilnya dibantu teman-temnanya yang lain. Takut semua ini ketahuan oleh warga, ia segera masuk ke mobil dan memacu kendraan beroda empatnya dengan kecepatan tinggi. Sampai lah di jurang yang bawahnya adalah sungai besar. Tanpa belas kasihan, Elis yang kini tak bernyawa di lemparkan ke dalam jurang oleh Tio untuk menghilangkan jejak. Tio pun segera pulang dan tak lupa ia mengambil beberapa barang berharga milik Elis di dalam tas pestanya.
Di Cafe Cake Story, acara ulang tahun Fika sudah selesai, satu persatu tamu undangan mulai beranjak pulang. Hanya Disa seorang yang menunggu Elis datang.,
Disa                             :”Kemana sih Elis, katanya cuma keluar sebentar”
Jam sudah menunjukan hampir pukul 11 malam. Iseng-iseng ia membuka hapenya dan ternyata ada pesan dari Elis
            ‘Disa, ini aku sekarang baru mau ke bukit bintang sama Rere dan aku mau ketemu Tio disana. Kamu nanti pulangnya gak usah nunggu aku karena nanti aku gak tau pulangnya kapan. Oke, makasih sahabatku’
Begitu isi pesan singkat dari Elis.
Disa                             :”Ya udah deh, aku naik taksi aja. Mungkin Elis juga udah pulang duluan”
Karena kesal ia pun terpaksa naik taksi, tapi entah mengapa tak ada taksi yang lewat di jalan malam itu. Tiba-tiba terdengar sebuah langkah kaki di belakangnya dan saat Disa berbalik….
Raffi                            :”Hai, kamu Disa anak XII Mipa 3ya?”
Suara seorang cowok dan saat ia balik badan, seorang cowok bertubuh tinggi atletis berdiri tepat di depannya. Cowok itu membuat Disa terpesona pada pandangan pertamanya.
Disa                             :”Iiya aku Disa. Hmm… sorry kamu siapa ya kok tau namaku?”
Raffi                            :”Aku Raffi, kita satu angkatan aku kelas XII Mipa 6”
Disa                             :”Ooo, pantas saja aku merasa pernah liat kamu dan merasa tak asing melihat wajah dan mendengar namamu. Maaf ya tadi aku udah keburu curiga duluan”
Raffi                            :”Iya, sebenarnya yang minta maaf aku. Emmm ngomong-ngomong kok kamu belum pulang?”
Disa                             :”Iya tadi itu aku berangkat bareng Elis, tapi gak tau sekarangkemana?” (jawab disa dengan lesu)
Raffi                            :”Oh gitu, ya sudah yuk pulang sama aku, nggak baik anak perempuan sendirian malam-malam kaya gini” (ajak Ranvi meyakinkan)
Disa                             :”Tapii” (jawab Disa ragu, ia hanya menganggukkan kepala dan segera masuk ke dalam mobil Ranvi)
Setelah lama ngobrol di perjalanan akhirnya merekapun sampai di rumah Disa. Mereka turun dari mobil setelah mesin mobil dimatikan, Disa pun segera mengetuk pintu. Dan beberapa detik kemudian pintu terbuka.
Raffi                            :”Assalamu’alaikum Om, tante” (ucap Raffi kepada orang tua Disa)
Orang tua Disa            :”Wa’alaikum salam” (Jawab mereka sambil berjabat tangan)
Raffi                            :”Om, tante, saya Raffi temannya Disa. Berhubung sudah larut malam, saya mau langsung pamit pulang ya om, tante,”
Orang tua Disa            :”Iya, hati-hati ya nak, terima kasih sudah mau mengantar Disa.”
Raffi                            :”Iya om, tante..” (uacap Raffi sembari mencium tangan kedua orang tua Disa dan bergegas pulang)
Malam itu juga, Disa bercerita pada orang tuanya tentang apa yang telah terjadi yang menyebabkan ia tak pulang bersama Elis melainkan Raffi. Selesai bercerita, Disa pun beranjak pergi ke kamarnya untuk tidur. Saat ia hendak tidur, ia teringat pada Elis dan segera menelpon Elis.
‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif’(mematikan panggilan dan menelpon ulang)
‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif’(mematikan panggilan)
(Disa berdiri dan pindah duduk di kursi meja belajarnya)
Ia pun berusaha dengan nomor lainnya.
‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif’(mematikan panggilan dan menelpon ulang)
‘nomor yang anda tuju sedang tidak aktif’(mematikan panggilan dengan cemas)
Disa                             :”Iihhh.. kenapa Elis gk bisa di hubungin sih?” (dengan nada kesal)
Karena Disa sudah mengantuk dan lelah ia pun pada akhirnya tertidur di meja belajarnya. Dua hari setelah ulang tahun Fika berlangsung hingga malam ini Disa tak kunjung mendapat telpon dari Elis, ia berfikir bahwa Elis mungkin sedang sangat sibuk. Pagi harinya, karena hari itu hari Minggu, Disa memutuskan untuk tetap di rumah dan membantu kedua orang tuanya untuk bersih-bersih rumah. Siang harinya, saat Disa dan orang tuanya sedang menonton tv di ruang keluarga, terdengar suara beberapa mobil yang berhenti di depan rumahnya. Lalu bel rumahnya berbunyi,
            Ting tong.. ting tong..  orang tua Disa bergegas menuju pintu depan.
Pak Polisi                    :”Assalamu’alaikum” (ucap bapak polisi sambil menekan tombol bel)
Orang tua Disa            :”Wa’alaikum salam, mari pak, silahkan duduk” (ucap orang tua Disa setelah membukakan pintu dan segera mempersilahkan polisi tersebut untuk duduk di ruang tamu)
            (seorang kepala polisi masuk dan duduk di ruang tamu)
Orang tua Disa            :”Ada apa ya, kok bapak polisi datang ke rumah kami?” (dengan penuh heran)
Pak Polisi                    :”Apa benar ini rumah saudari Disa?” (menatap ke orang tua Disa)
Orang tua Disa            :”Iya Pak, itu benar Disa adalah putri kami, ada apa ya?”
Pak Polisi                    :”Saya ingin menanyakan beberapa pertanyaan kepada putri anda” (meletakkan berkas yang dibawanya di meja tamu)
Orang tua Disa            :”Sebentar ya pak saya panggilkan dulu”
Pak Polisi                    : (diam dan hanya mengangguk)
Orang tua Disa            :”Dissaaa”(panggil ibu Disa dengan suara keras)
Disa                             :”Iya bu,. Sebentar” (berjalan cepat menuju ruang tamu)
Orang tua Disa            :”Duduk sini,”(menengok ke arah Disa dan mengisyaratkan Disa duduk di sebelah ayahnya)
Disa                             (lekas duduk)
Orang tua Disa            :“Silahkan Pak, ini Disa.” (memegang bahu putrinya)
Pak Polisi                    :”Jangan takut nak, kami datang ke sini hanya ingin meminta kesaksian saudari atas menghilangnya Elis.” (dengan nada ramah)
Disa                             :”Aa.a.. apa? Bagaimana mungkin?” (terbata-bata dengan ekspresi syok)
Pak Polisi                    :”Itu benar nak, sehari yang lalu ibu dari saudari Elis melaporkan bahwa putrinya tidak pulang sejak semalam ia pergi bersama nak Disa, ibu saudari Elis sangat khawatir dan tidak dapat menghubungi hp Elis.”
Disa                             :”Begini pak, saya tidak tahu apapun tentang kejadian ini, tapi saya akan menceritakan semua yang saya ketahui.”
Tak tahu sudah berapa jam Disa memberikan kesaksian tentang kronologi pada malam acara ulang tahun Fika sebelum Disa menghilang, ia mendengar dering sms dari hp nya dan ingin segera mengambilnya.
Disa                             :”Pak Polisi, saya mohon izin untuk mengambil hp.” (menatap pak Polisi dan kedua orang tuanya).
Pak Poisi                     :”Silahkan”(menatap Disa)
Disa                             : (mencari hp nya di sofa ruang tv dan segera kembali ke ruang tamu setelah menemukan hpnya)
Disa                             :”Pak, saya ingat bahwa di saat acara itu Elis mengirim pesan, kita bisa mulai melacak keberadaannya mulai dari sms ini,” (menunjukkan pesan di hp nya)
Orang tua Disa            :”Sebaiknya kita langsung keCafe Cake Story, untuk segera menyelidikinya”
Pak Polisi                    :”Ya, itu benar. Bisakah kami membawa serta nak Disa untuk membantu kami?”
Orang tua Disa            :"Tentu saja Pak,”
Pak Polisi                    :”Kalau begitu, kami sangat berterimakasih kepada keluarga bapak,”
Orang tua Disa            :”Tak apa pak, kami senang bisa membantu tugas bapak,”
Disa                             :”Pak, bu, Disa pamit, doakan agar Disa bisa segera menemukan Elis. Assalamu’alaikum” (mencium tangan orang tuanya)
Orang tua Disa            :”Baiklah. Wa’alaikum salam”


Disa naik ke mobil polisi dan langsung berangkat diikuti 2 mobil polisi lainnya. Sesampainya di Cafe Cake Story, Pak Polisi pun dengan sigap mengerahkan anggota yang dibawanya dan dalam beberapa menit langsung mendapatkan beberapa rekaman CCTV di sekitar daerah itu dan CCTV tempat parkir.
Pak Polisi                    :”Nak Disa, kami telah mendapat salinan rekaman CCTV, kami meminta  nak Disa untuk ikut menyaksikan rekaman ini.” (memperlihatkan copy an rekaman CCTV)
Disa                             :” Iya pak, dengan senang hati.”(mengangguk)
Pak Polisi menyiapkan laptop yang di bawanya dan meminta kepada putranya yang ikut serta dengannya untuk memutar rekaman CCTV tempat parkir mulai dari saat Disa dan Elis datang. Ternyata Putra dari Pak polisi tersebut adalah Raffi. Seorang cowok yang membuatnya terpesona. Tapi suara rekaman menyadarkannya untuk tetap fokus pada kasus Elis.
Setelah beberapa saat memutar rekaman itu, terlihat ketika Elis menuju tempat parkir kembali dan mengobrol sebentar dengan seseorang di dalam mobil yang baru saja menghampirinya.
Disa                             :”Tunggu pak, saya mengenal mobil ini, ini mobil Tio pacarnya Elis, tetapi saya tidak tahu siapa cewek yang mengobrol dengan Elis.”
Pak Polisi                    :”Kalau begitu kita lacak mobil itu” (menoleh kepada putra dan rekannya)
Beruntung Disa selalu memperhatikan setiap teman Elis, Ia langsung mengetahui pemilik mobil itu yang tak lain adalah pacarnya Elis. Akhirnya penyelidikan dapat berjalan dengan lancar tanpa halangan. Elis ditemukan dalam keadaan sudah tidak bernyawa di pinggir sungai besar di bawah jurang. Selama menyelesaikan kasus itu, Disa dibantu oleh Raffi dan semakin  dekat dengan Raffi. Dalam kurun waktu kurang dari 1 minggu, kasus itu sudah selesai dan pelakunya sudah dijatuhkan hukuman atas perbuatannya.
Malam kejadian itu sungguh tidak disangka, malam itu menjaadi sebuah akhir pertemuan Disa dengan Elis dan menjadi awal dari pertemuan Disa dengan Raffi.